PERISTIWA yang dialami Ariel Peterpan (Nazriel Ilham), sebenarnya juga sering dialami pesohor lain. Misalnya pegolf internasional asal Amerika Serikat (AS) Tiger Wood. Foto dan video mesumnya menyebar dimana-mana. Akibatnya Tiger Wood banyak dikecam publik. Bayangkan! Publi AS yang terkenal liberal, dan pergaulan bebas dianggap sebagai hal yang biasa. Namun ketika ada seorang pesohor terlibat dalam adegan porno, dan gambarnya tersebar luas, tetap saja mereka mengecam.
Dampak kecaman yang bertubi-tubi ditujukan kepada Tiger Wood, menyebabkan pegolf dunia itu mengaku tidak bebas, malu, sedih dan kecewa. Bahkan karena itu Tiger Wood sempat menutup pintu dari dunia luar dan mengucilkan diri. Namun itu tidak berlangsung lama. Karena Tiger Wood tahu, semakin dia menghindari cecaran publik, maka masalah semakin menjadi-jadi. Akhirnya dengan sikap ksatria yang patut diacungi jempol, Tiger Wood mengakui perbuatannya tersebut.
Tidak hanya mengaku, Tiger Wood pun mengatakan kepada fansnya, dan dunia bahwa gambar-gambar yang ada di dunia maya itu memang gambarnya. Karena itu dengan tulus dia minta maaf kepada publik. Tiger Wood juga mengaku bahwa dirinya mengidap kelainan seks. Dan dia mengatakan sedang berupaya menyembuhkan penyakitnya tersebut melalui jalan teraphi. Sekaligus Tiger Wood minta kepada publik ikut mendoakan dan membantunya, agar penyakit kelainan seks yang dideritanya cepat sembuh.
Ini tentu berbeda sekali dengan Ariel Peterpan, Luna Maya, maupun Cut Tari. Meskipun para pakar telematika rata-rata sudah memastikan 85 persen adalah gambar yang bersangkutan. Namun, ketiganya, baik Ariel, Luna Maya, maupun Cut Tari ramai-ramai menyangkal. Terakhir, malah mereka minta bantuan pengacara, dan menyerahkan persoalan tersebut kepada OC Kaligis, pengacaranya. Andaikan saja mereka bisa bersikap jantan seperti yang dilakukan Tiger Wood, mungkin publik masih bisa memakluminya.
Namun, sekarang dengan kerasnya mereka membantah, dan malah menyerahkan masalah tersebut kepada pengacaranya. Simpati publik kepada ketiganya justeru jauh menurun. Tidak hanya itu, publik pun semakin tidak menyukai perilaku Ariel. Terlebih setelah dengan sengaja Ariel merusak kamera salah seorang wartawan yang meliput dirinya. Pertanyaan dan persoalannya adalah mengapa mereka bisa bersikap semacam itu? Ini bisa jadi karena yang pertama aparat kita tidak begitu tegas dalam menindak masalah-masalah yang jelas mengganggu ketertiban umum tersebut. Ini berbeda dengan sikap aparat dan petugas di AS. Meskipun negara itu sangat menjunjung tinggi hak azasi manusia, tetapi terhadap persoalan-persoalan yang dianggap mengganggu ketertiban umum pasti cepat bertindak.
Yang kedua adalah ketidaksadaran dari para pelaku sendiri. Mereka mungkin menganggap apa yang dilakukannya tidak salah. Mereka menganggap bahwa kasus persilingkuhan sebagai hal yang biasa. Karena mereka menganggap diri mereka benar dan justeru yang disalahkan yang mengedarkan. Padahal, tidaklah mungkin orang akan mengedarkan sesuatu, tanpa ada sesuatu. Artinya, orang mengedarkan video porno itu, karena memang ada adegan yang tidak senonoh tersebut.
Dan lebih anehnya lagi polisi justru mengejar-kejar para pengedar dan pejual video porno tersebut, tanpa menyentuh si pembuatnya. Ini berbeda dengan di AS. Polisi justeru mempermasalahkan Tiger Wood, orang yang dianggap menjadi penyebab. Sikap tidak jelas yang ditunjukan polisi inilah yang menyebabkan para pelaku video porno itu merasa dimanjakan. Ini mestinya jangan sampai terjadi, agar masalah yang mengganggu ketertiban umum semacam itu tidak diulangi di lain waktu. (*)
sumber : http://jakartapress.com/www.php/news/id/14112/
Dampak kecaman yang bertubi-tubi ditujukan kepada Tiger Wood, menyebabkan pegolf dunia itu mengaku tidak bebas, malu, sedih dan kecewa. Bahkan karena itu Tiger Wood sempat menutup pintu dari dunia luar dan mengucilkan diri. Namun itu tidak berlangsung lama. Karena Tiger Wood tahu, semakin dia menghindari cecaran publik, maka masalah semakin menjadi-jadi. Akhirnya dengan sikap ksatria yang patut diacungi jempol, Tiger Wood mengakui perbuatannya tersebut.
Tidak hanya mengaku, Tiger Wood pun mengatakan kepada fansnya, dan dunia bahwa gambar-gambar yang ada di dunia maya itu memang gambarnya. Karena itu dengan tulus dia minta maaf kepada publik. Tiger Wood juga mengaku bahwa dirinya mengidap kelainan seks. Dan dia mengatakan sedang berupaya menyembuhkan penyakitnya tersebut melalui jalan teraphi. Sekaligus Tiger Wood minta kepada publik ikut mendoakan dan membantunya, agar penyakit kelainan seks yang dideritanya cepat sembuh.
Ini tentu berbeda sekali dengan Ariel Peterpan, Luna Maya, maupun Cut Tari. Meskipun para pakar telematika rata-rata sudah memastikan 85 persen adalah gambar yang bersangkutan. Namun, ketiganya, baik Ariel, Luna Maya, maupun Cut Tari ramai-ramai menyangkal. Terakhir, malah mereka minta bantuan pengacara, dan menyerahkan persoalan tersebut kepada OC Kaligis, pengacaranya. Andaikan saja mereka bisa bersikap jantan seperti yang dilakukan Tiger Wood, mungkin publik masih bisa memakluminya.
Namun, sekarang dengan kerasnya mereka membantah, dan malah menyerahkan masalah tersebut kepada pengacaranya. Simpati publik kepada ketiganya justeru jauh menurun. Tidak hanya itu, publik pun semakin tidak menyukai perilaku Ariel. Terlebih setelah dengan sengaja Ariel merusak kamera salah seorang wartawan yang meliput dirinya. Pertanyaan dan persoalannya adalah mengapa mereka bisa bersikap semacam itu? Ini bisa jadi karena yang pertama aparat kita tidak begitu tegas dalam menindak masalah-masalah yang jelas mengganggu ketertiban umum tersebut. Ini berbeda dengan sikap aparat dan petugas di AS. Meskipun negara itu sangat menjunjung tinggi hak azasi manusia, tetapi terhadap persoalan-persoalan yang dianggap mengganggu ketertiban umum pasti cepat bertindak.
Yang kedua adalah ketidaksadaran dari para pelaku sendiri. Mereka mungkin menganggap apa yang dilakukannya tidak salah. Mereka menganggap bahwa kasus persilingkuhan sebagai hal yang biasa. Karena mereka menganggap diri mereka benar dan justeru yang disalahkan yang mengedarkan. Padahal, tidaklah mungkin orang akan mengedarkan sesuatu, tanpa ada sesuatu. Artinya, orang mengedarkan video porno itu, karena memang ada adegan yang tidak senonoh tersebut.
Dan lebih anehnya lagi polisi justru mengejar-kejar para pengedar dan pejual video porno tersebut, tanpa menyentuh si pembuatnya. Ini berbeda dengan di AS. Polisi justeru mempermasalahkan Tiger Wood, orang yang dianggap menjadi penyebab. Sikap tidak jelas yang ditunjukan polisi inilah yang menyebabkan para pelaku video porno itu merasa dimanjakan. Ini mestinya jangan sampai terjadi, agar masalah yang mengganggu ketertiban umum semacam itu tidak diulangi di lain waktu. (*)
sumber : http://jakartapress.com/www.php/news/id/14112/