Pasca krisis politik berdarah di Bangkok Mei lalu, Perdana Menteri Thailand, Abhisit Vejjajiva, giat tebar pesona. Dia sering mengundang para jurnalis – baik dari dalam negeri, namun juga manca negara – untuk berdiskusi. Tak hanya itu, pemimpin yang baru berusia 45 tahun itu juga suka menampilkan diri secara spontan di tempat umum.
Abhisit tampaknya sadar bahwa, selain pengambilan kebijakan yang tepat, pencitraan itu sangat diperlukan bagi dirinya untuk menunjukkan bahwa dia tetap menjadi kepala pemerintahan Thailand yang sah dan direstui oleh Raja Bhumibol Adulyadej sejak Desember 2008, meski tidak sedikit pihak-pihak yang masih menentangnya – seperti yang ditunjukkan dalam gelombang demonstrasi di Bangkok beberapa waktu lalu. Pemimpin Partai Demokrat itu pun sangat berkepentingan untuk mendongkrak citranya di kalangan masyarakat.
Tak heran bila politisi kelahiran Inggris itu rutin tampil di koran-koran Thailand setiap hari. Paling tidak ada satu atau dua artikel berikut foto mengenai tugas dan acara yang dihadiri Abhisit. Dia pun tak ragu muncul di tempat umum, seperti yang dia lakukan di suatu pusat perbelanjaan di Bangkok pada Minggu lalu, 18 Juli 2010, dengan pengawalan yang minim.
Kampanye pencitraan itu juga sering dilakoni Abhisit kepada kalangan media massa manca negara. Dia rutin mengundang rombongan wartawan asing untuk menjelaskan situasi terkini yang terjadi di negaranya.
VIVAnews pun berkesempatan melontarkan satu-dua pertanyaan kepada Abhisit dalam suatu pertemuan dengan para jurnalis dari beberapa negara, Senin 19 Juli 2010. Dalam pertemuan itu, Abhisit dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai perkembangan stabilitas di Bangkok dan sekitarnya pasca demonstrasi berdarah Mei lalu dan upaya rekonsiliasi dengan para demonstran agar tidak mengulangi peristiwa serupa.
Abhisit juga memanfaatkan betul daya tarik personal yang dia miliki dalam melancarkan kampanye pencitraan ini. Maka, politisi lulusan Universitas Oxford itu tak segan berfoto bersama dengan para jurnalis usai sesi tanya jawab, baik secara bersama-sama maupun satu per satu.
Abhisit secara berkala juga memberi kesempatan bagi para staf di kantor perdana menteri untuk berfoto, baik dari staf senior hingga petugas keamanan gedung. “Setiap kali usai menerima tamu di kantornya, Bapak Perdana Menteri biasanya berbincang dan berfoto bersama para staf ,” kata Ladavan Bua-aim, Deputi Direktur Jenderal dari Departemen Hubungan Massa, yang langsung berada di bawah Kantor Perdana Menteri.
Bagi banyak perempuan di Thailand, Abhisit merupakan sosok pemimpin yang tampan dan terlihat memiliki kepribadian yang tulus. “Banyak perempuan, baik tua maupun muda, ingin berfoto bersama Pak Perdana Menteri sedekat mungkin,” ujar Ladavan sambil tertawa.
Kelebihan Abhisit itulah yang juga dimanfaatkan oleh sejumlah politisi yang akan bertarung dalam pemilihan parlemen lokal. Maka, di beberapa ruas jalan utama di Bangkok dan kota-kota lain, sering terlihat spanduk atau selebaran kampanye yang menampilkan foto kandidat berpose bersama Abhisit.
Namun, tidak semua warga Thailand luluh dengan pesona Abhisit. Aziz Umar, seorang warga di provinsi Narathiwat, kawasan selatan Thailand, merasa Abhisit tidak segesit dan setegas pemimpin terdahulu, Thaksin Sinawatra, dalam pengambilan keputusan.
“Dulu, Perdana Menteri Thaksin cepat mengambil keputusan. Hari ini dia menjanjikan sesuatu, besok langsung dikerjakan. Ini belum terlihat pada pemimpin yang sekarang,” kata Aziz. “Kalau banyak janji tapi tidak dipenuhi, percuma saja,” lanjut dia. (umi)