Lalu dua tahun kemudian, adik perempuannya, Ranvir Kaur, 27, menawarkan ginjalnya agar sang adik tak lagi tergantung pada mesin pembersih darah. Namun, operasi itu tidak berjalan bagus dan ginjal tambahan ini hanya berfungsi selama 14 bulan, karena tubuh Jaswant menunjukkan penolakan. "Saya harus kembali cuci darah," kata pemilik studio foto kecil-kecilan di New Delhi itu.
Dalam sebuah rapat keluarga, keluarga Jaswant pun memutuskan apa pun akan dilakukan agar laki-laki itu tetap hidup. Kini giliran sang ibu Amar Kaur yang maju, menawarkan ginjalnya. Perempuan 56 tahun ini tahu bahwa inilah satu-satunya jalan untuk mempertahankan hidup anaknya.
"Ginjal baru ini bekerja baik. Tetapi saya harus makan banyak obat. Sangat sulit menjelaskan betapa saya sangat menderita. Kadang saya tidak bisa bekerja selama sebulan. Saya tidak bisa jauh dari rumah atau makan di luar," kata Jaswant.
Para dokter di Rumah Sakit Ginjal Nasional India mendengar kisah fotografer yang menyentuh itu dan ketetapan hati keluarga yang menginginkan dia sembuh meski harus menghabiskan uang 900.000 rupee atau sekitar Rp 190 juta. Mereka pun menggratiskan biaya operasi terakhir. Mereka juga tidak mengambil dua ginjal sumbangan yang sebelumnya tidak berfungsi itu.
"Kalau saya jelas tidak bisa membiayai operasi dengan pekerjaan saya di studio foto. Tetapi saya sangat berterima kasih kepada keluarga. Mereka menjual tanah pertanian untuk membiayai operasi itu," katanya.
Keluarga ini hidup sederhana. Saudara laki-lakinya menjadi sopir, sedangkan ayahnya menjual susu.
Ia berharap kali ini tubuhnya tidak lagi menolak ginjal baru. Ia tidak tahu hal terburuk apa yang akan terjadi. Tetapi ia masih bisa berharap dari keluarganya, karena masih ada satu saudara laki-laki dan ayahnya yang bisa menyumbangkan ginjal. "Saudara perempuan dan ibu saya mendonorkan ginjalnya dengan sukarela. Mereka sama sekali tidak takut," kata Jaswant.
"Saudara perempuan saya bilang, 'Kamu saudaraku dan aku akan melakukan apa saja untuk menyelamatkan nyawamu, meski harus ditukar dengan nyawaku' .Ini benar-benar menyentuh saya. Saya tidak bisa membalas apa pun. Saya berutang budi, dan atas kebesaran hati mereka, saya masih hidup," ungkap Jaswant.