Dampak penggunaan ponsel masih menyisakan perdebatan panjang hingga saat ini. Ada pihak yang menyakini bahwa radiasi ponsel dapat mengganggu kesehatan. Namun, ada juga yang bersikukuh bahwa ponsel tidak berbahaya.
Pihak yang yakin bahwa ponsel berbahaya, mengajukan klaim-klaim untuk menguatkan pendapatnya. Salah satu tudingan tentang bahaya ponsel dilayangkan para peneliti di International EMF [Electromagnetic Field] Collaborative. Menurut mereka, penggunaan ponsel khususnya di kalangan anak-anak, dapat menyebabkan tumor otak.
Ponsel juga 'dikambinghitamkan' dapat menyebabkan sperma kaum pria 'terbantai'. Klaim ini dilontarkan oleh para pakar di pusat kesehatan Cleveland Clinic, Amerika Serikat. Para pakar ini menduga penurunan jumlah sperma pada kaum pria dapat disebabkan oleh gelombang elektromagnetis ponsel.
Klaim lain tentang bahaya ponsel juga coba disodorkan para peneliti Turki. Mereka menyebutkan bahwa menempatkan ponsel di pinggang dapat mempengaruhi kepadatan tulang alias menyebabkan tulang keropos di daerah sekitar pelvis.
Namun, tidak semua orang sepakat dengan klaim-klaim tentang bahaya ponsel. Penelitian untuk 'membela' ponsel pun digeber. Salah satu yang tampil sebagai 'pembela' ponsel adalah para peneliti di The Danish Cancer Society.
Dalam studi yang dipublikasikan di Journal of the National Cancer Institute itu disebutkan bahwa frekuensi elektromagnetik yang keluar dari ponsel tidak mempengaruhi mekanisme biologis pada tubuh manusia. Mereka menyebutkan bahwa tren tumor otak akibat ponsel tidak benar.
Satu lagi pembelaan yang mencoba mementahkan anggapan tentang ponsel dilontarkan oleh para peneliti di University of South Florida, Amerika Serikat. Mereka mengklaim, alih-alih berbahaya, gelombang elektromagnetis ponsel justru bisa melindungi manusia dari Alzheimer alias kepikunan.
Namun, bantahan ini tidak serta merta mengakhiri perdebatan panjang tentang dampak pemakaian ponsel. Bisa jadi nantinya akan muncul penelitian baru, baik yang akan memperkuat klaim tentang bahaya ponsel ataupun yang membantahnya.
Ponsel juga 'dikambinghitamkan' dapat menyebabkan sperma kaum pria 'terbantai'. Klaim ini dilontarkan oleh para pakar di pusat kesehatan Cleveland Clinic, Amerika Serikat. Para pakar ini menduga penurunan jumlah sperma pada kaum pria dapat disebabkan oleh gelombang elektromagnetis ponsel.
Klaim lain tentang bahaya ponsel juga coba disodorkan para peneliti Turki. Mereka menyebutkan bahwa menempatkan ponsel di pinggang dapat mempengaruhi kepadatan tulang alias menyebabkan tulang keropos di daerah sekitar pelvis.
Namun, tidak semua orang sepakat dengan klaim-klaim tentang bahaya ponsel. Penelitian untuk 'membela' ponsel pun digeber. Salah satu yang tampil sebagai 'pembela' ponsel adalah para peneliti di The Danish Cancer Society.
Dalam studi yang dipublikasikan di Journal of the National Cancer Institute itu disebutkan bahwa frekuensi elektromagnetik yang keluar dari ponsel tidak mempengaruhi mekanisme biologis pada tubuh manusia. Mereka menyebutkan bahwa tren tumor otak akibat ponsel tidak benar.
Satu lagi pembelaan yang mencoba mementahkan anggapan tentang ponsel dilontarkan oleh para peneliti di University of South Florida, Amerika Serikat. Mereka mengklaim, alih-alih berbahaya, gelombang elektromagnetis ponsel justru bisa melindungi manusia dari Alzheimer alias kepikunan.
Namun, bantahan ini tidak serta merta mengakhiri perdebatan panjang tentang dampak pemakaian ponsel. Bisa jadi nantinya akan muncul penelitian baru, baik yang akan memperkuat klaim tentang bahaya ponsel ataupun yang membantahnya.
Radiasi ponsel sering dituding sebagai penyebab berbagai masalah kesehatan, salah satunya kanker otak. Sebuah riset menampilkan daftar ponsel dengan tingkat radiasi paling tinggi. Apa saja?
Riset yang dilakukan Environmental Working Group (EWG) itu berfokus pada sejumlah ponsel yang tengah naik daun di pasaran Amerika Serikat. Menurut daftar rating radiasi ponsel 2010 tersebut, beberapa ponsel yang menyajikan fitur canggih ternyata memiliki emisi radiasi yang tinggi.
Dikutip detikINET dari Wirelessandmobilenews, EWG menobatkan Blackberry Bold dan Motorola Droid sebagai ponsel yang memiliki tingkat radiasi paling tinggi.
Riset yang dilakukan Environmental Working Group (EWG) itu berfokus pada sejumlah ponsel yang tengah naik daun di pasaran Amerika Serikat. Menurut daftar rating radiasi ponsel 2010 tersebut, beberapa ponsel yang menyajikan fitur canggih ternyata memiliki emisi radiasi yang tinggi.
Dikutip detikINET dari Wirelessandmobilenews, EWG menobatkan Blackberry Bold dan Motorola Droid sebagai ponsel yang memiliki tingkat radiasi paling tinggi.
Berikut daftar ponsel beradiasi tinggi yang dilansir EWG :
1. Blackberry Bold 9700, AT&T, T-Mobile,1.55 W/kg
2. Motorola Droid, Verizon Wireless, 1.50 W/kg
3. LG Chocolate Touch (VX8575), Verizon Wireless,1.46 W/kg
4. HTC Nexus One by Google, T-Mobile, 1.39 W/kg
5. Apple iPhone 3G S, AT&T, 1.19 W/kg
6. Samsung Instinct HD (SPH-M850), Sprint,1.16 W/kg
7. Motorola CLIQ with MOTOBLUR, T-Mobile,1.10 W/kg
8. Samsung Mythic (SGH-A897), AT&T,1.08 W/kg
9. Pantech Impact, AT&T, 0.92 W/kg
10. Motorola Brute i680, Sprint, 0.86 W/kg
Sementara itu daftar ponsel dengan radiasi rendah :
1. Sanyo Katana II [Kajeet]
2. Samsung Rugby (SGH-a837) [AT&T]
3. Blackberry Storm 9530 [Verizon Wireless]
4. Samsung I8000 Omnia II [Verizon Wireless]
5. Samsung Propel Pro (SGH-i627) [AT&T]
6. Samsung SGH-t229 [T-Mobile]
7. Helio Pantech Ocean [Virgin Mobile]
8. Sony Ericsson W518a Walkman [AT&T]
9. Samsung SGH-a137 [AT&T, AT&T GoPhone]
10. LG Shine II [AT&T]
Jakarta - Meskipun pengaruh radiasi ponsel terhadap beberapa penyakit seperti tumor otak masih dipertanyakan, namun para peneliti tetap mengkhawatirkan efek terakumulasinya radiasi tersebut. Apa saja langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi radiasi tersebut?
Dalam situs The Food and Drug Administration's disebutkan bahwa bukti adanya hubungan antara ponsel dengan masalah kesehatan memang belum ada, namun FDA membenarkan bahwa ponsel mengeluarkan radiasi level rendah dan energi radiofrekuensi (RF) tidak panas yang tidak akan merusak DNA.
Meskipun demikian, energi RF bersifat kumulatif dan bisa juga membahayakan jika berlebihan. Apalagi saat ini sudah banyak anak-anak yang memiliki ponsel dan berisiko terkena radiasi tersebut. Jika ketika masih kecil sudah terkena radiasi tersebut, kemungkinan pada saat dewasanya akan mengalami gangguan kesehatan.
Sebelumnya, organisasi The Environmental Working Group (EWG) pernah melakukan studi pada tahun 2007 dan melaporkan bahwa adanya peningkatan jumlah anak hiperaktif sebesar 80 persen pada anak-anak yang semasa kecilnya menggunakan ponsel atau ketika di dalam kandungan ibunya sering menelepon dengan ponsel.
Risiko penyakit lainnya yang diprediksi bisa muncul dalam jangka waktu 10 tahun dengan intensitas penggunaan yang sering adalah glioma atau tumor otak (60 persen), tumor kelenjar ludah (50 persen), migrain dan vertigo (10-20 persen).
Pada tahun 2008, parlemen di Eropa pernah melakukan resolusi untuk mengembangkan radiasi ponsel yang lebih kecil namun aturan itu hingga kini belum bisa diaplikasikan. Untuk itu, satu-satunya langkah mengurangi radiasi tersebut adalah dengan menjauhkannya sebisa mungkin dengan organ tubuh.
"Sebaiknya gunakan speaker daripada mendekatkan ponsel ke telinga. Jarak otak dan telinga yang dekat akan membuat radiasinya cepat masuk ke otak. Menggunakan speaker bisa menjauhkan jarak radiasi hingga 15 inci dan mengurangi RF ke otak hingga 1/225th," ujar Dr. Andrew Weil seperti dilansir Huffington Post, Senin (12/10/2009).
Selain itu, Andrew pun menyarankan agar:
1. Menggunakan telepon umum (biasa) jika ingin berbicara cukup panjang
2. Jika tidak memungkinkan memakai speaker, gunakan headset untuk menjauhkan radiasi dari tubuh
3. Tidak meletakkan handphone dalam satu ranjang ketika sedang tidur
4. Cari tahu berapa jumlah RF dari ponsel dengan menggunakan metode Specific Absorption Rate atau SAR. Di Amerika, SAR yang diperbolehkan adalah 1,6 watt per kilogram dan setiap ponsel memiliki SAR yang berbeda-beda.
5. Setiap perusahaan ponsel memberi keterangan label emisi radiasi pada ponselnya agar konsumen bisa lebih mengantisipasi bahayanya.
sumber : kaskus.us
Dalam situs The Food and Drug Administration's disebutkan bahwa bukti adanya hubungan antara ponsel dengan masalah kesehatan memang belum ada, namun FDA membenarkan bahwa ponsel mengeluarkan radiasi level rendah dan energi radiofrekuensi (RF) tidak panas yang tidak akan merusak DNA.
Meskipun demikian, energi RF bersifat kumulatif dan bisa juga membahayakan jika berlebihan. Apalagi saat ini sudah banyak anak-anak yang memiliki ponsel dan berisiko terkena radiasi tersebut. Jika ketika masih kecil sudah terkena radiasi tersebut, kemungkinan pada saat dewasanya akan mengalami gangguan kesehatan.
Sebelumnya, organisasi The Environmental Working Group (EWG) pernah melakukan studi pada tahun 2007 dan melaporkan bahwa adanya peningkatan jumlah anak hiperaktif sebesar 80 persen pada anak-anak yang semasa kecilnya menggunakan ponsel atau ketika di dalam kandungan ibunya sering menelepon dengan ponsel.
Risiko penyakit lainnya yang diprediksi bisa muncul dalam jangka waktu 10 tahun dengan intensitas penggunaan yang sering adalah glioma atau tumor otak (60 persen), tumor kelenjar ludah (50 persen), migrain dan vertigo (10-20 persen).
Pada tahun 2008, parlemen di Eropa pernah melakukan resolusi untuk mengembangkan radiasi ponsel yang lebih kecil namun aturan itu hingga kini belum bisa diaplikasikan. Untuk itu, satu-satunya langkah mengurangi radiasi tersebut adalah dengan menjauhkannya sebisa mungkin dengan organ tubuh.
"Sebaiknya gunakan speaker daripada mendekatkan ponsel ke telinga. Jarak otak dan telinga yang dekat akan membuat radiasinya cepat masuk ke otak. Menggunakan speaker bisa menjauhkan jarak radiasi hingga 15 inci dan mengurangi RF ke otak hingga 1/225th," ujar Dr. Andrew Weil seperti dilansir Huffington Post, Senin (12/10/2009).
Selain itu, Andrew pun menyarankan agar:
1. Menggunakan telepon umum (biasa) jika ingin berbicara cukup panjang
2. Jika tidak memungkinkan memakai speaker, gunakan headset untuk menjauhkan radiasi dari tubuh
3. Tidak meletakkan handphone dalam satu ranjang ketika sedang tidur
4. Cari tahu berapa jumlah RF dari ponsel dengan menggunakan metode Specific Absorption Rate atau SAR. Di Amerika, SAR yang diperbolehkan adalah 1,6 watt per kilogram dan setiap ponsel memiliki SAR yang berbeda-beda.
5. Setiap perusahaan ponsel memberi keterangan label emisi radiasi pada ponselnya agar konsumen bisa lebih mengantisipasi bahayanya.
sumber : kaskus.us