Seorang dokter sebuah rumah sakit di Nakiele mengatakan kepada AFP bahwa 121 perempuan setempat melaporkan telah menjadi korban perkosaan pada malam tanggal 11 menuju 12 Juni. Sementara itu, seorang perawat mengatakan, pada malam sebelumnya, 55 perempuan dilaporkan telah diperkosa di dekat kota Abala. Seorang pekerja kesehatan lainnya mengatakan, sebanyak 72 perempuan di Desa Kanguli melalaporkan, mereka juga diperkosa pada malam itu.
Kepala Desa Nakiele, Losema Etamo Ngoma, mengatakan kepada AFP, pemerkosaan dan penjarahan dilakukan oleh setidaknya 150 pria bersenjata di bawah komando kolonel militer nasional Nyiragire Kulimushi, yang juga dikenal sebagai "Kifaru". Menurut dia, para tentara itu tiba secara berkelompok sejak pukul 11.00 waktu setempat pada 11 Juni, dan diperintahkan oleh Kulimushi untuk mencarikan sesuatu untuk dimakan.
"Pada sekitar pukul 20.00 saya mendengar tangisan perempuan di mana-mana. Saya minta untuk menemui kolonel, tetapi seorang petugas mengatakan bahwa saya tidak bisa menemuinya, maka saya kembali ke rumah," katanya. "Mereka meninggalkan desa pada pagi hari sekitar pukul 05.00. Saya pergi ke rumah-rumah sekitar dan saya menemukan para perempuan sedang menangis," katanya.
"Para tentara itu telah memerkosa kami," kata kepala desa itu menirukan pengakuan para perempuan itu kepadanya. Seorang ibu berusia 28 tahun yang punya dua anak menceritakan kepada AFP bagaimana dua tentara memaksa dia untuk membuka pintunya sebelum mengancam akan membunuhnya, lalu memerkosanya. "Setelah mereka pergi, saya mulai merasa sakit," kata ibu itu.
Kulimushi adalah mantan anggota milisi suku Mai Mai yang menyatu dengan tentara nasional tahun 2009 setelah perjanjian damai dengan Kinshasa.
Setelah aksi brutal itu, juru bicara pemerintah, Lambert Mende, mengatakan, pasukan pemerintah kini aktif mencari Kulimushi dan bahwa pengadilan khusus akan dibentuk untuk memeriksa kasus itu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kelompok-kelompok hak asasi manusia, dan pemerintah-pemerintah asing telah lama mengeluh tentang impunitas yang terjadi bagi kejahatan keji yang dilakukan tentara di Kongo. Margot Wallstrom, perwakilan khusus PBB untuk memberantas kekerasan seksual di wilayak konflik, beberapa waktu lalu, menyebut, negara Republik Demokratik Kongo sebagai "ibu kota pemerkosaan" di dunia.