Sebuah penelitian yang dipublikasikan American Society of Plastic Surgerons menunjukkan, tindakan bedah payudara menunjukkan tren yang terus meningkat. Melejit sekitar 40% dibandingkan 10 tahun lalu, mengungguli operasi estetika lainnya.
Seperti dikutip NY Daily News, sebagian besar hampir 90% wanita melakukan bedah estetika yang cenderung ke arah penyempurnaan bentuk payudara, mulai dari perbesaran hingga pengencangan bentuk payudara.
Tahun 2009 misalnya, permintaan pengencangan dengan mengurangi jaringan lemak payudara meningkat sekitar enam persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara permintaan prosedur melepas impan payudara meningkat sekitar sembilan persen. Mereka yang melepas impan umumnya mengalami gangguan payudara seperti peradangan.
Di tengah popularitas bedah payudara, permintaan operasi estetika hidung menunjukkan tren penurunan 35%. Permintaan permak wajah juga menunjukkan tren penurunan sekitar 16%.
Tinginya minat bedah payudara, membuat sejumlah pakar mengembangkan metode operasi tanpa penambahan silikon. Mereka mengembangkan teknologi pemindahan jaringan otot untuk membuat penampilan payudara lebih 'penuh', dengan kesan alami.
Selain memindahkan jaringan dari payudara bagian bawah, teknik ini juga bisa dilakukan dengan memindahkan jaringan lemak dari bagian tubuh tertentu. Bahkan menggunakan transplantasi sel induk (stem cells) untuk menciptakan jaringan baru di sekitar payudara.
Seperti dikutip dari Telegraph, konsultan bedah plastik di Inggris, Professor Laurence Kirwan menjelaskan, tindakan yang dilakukannya hanyalah memindahkan sebagian 'aset' mereka untuk menyempurnakan bagian tubuh lainnya.
"Metode ini sifatnya juga lebih permanen dibandingkan implan silikon yang harus diperbaharui setiap 10 tahun," jelas Kirwan.
Kirwan yang membuka praktik di London dan New York telah melakukan metode ini terhadap 150 pasien wanita. Setiap operasi berlangsung sekitar 3-3,5 jam dengan biaya 8-12 ribu atau sekitar Rp100 juta - Rp165 juta.