Di rumah yang sederhana itu ternyata tinggal seorang anak baru gede (ABG) yang hobi memakan dagingnya sendiri. Dia adalah Ningsih (19), warga Dusun Gumuk, Desa Gelung, Kecamatan Panarukan. Situbondo. Selama sebelas tahun,sepuluh jarinya habis dimakan. Bagaimana ceritanya?
TRAGIS memang. Ketika kita berkunjung ke rumahnya, hanya ada tempat tidur dan tempat pakaian, tidak ada alat hiburan semacam televisi maupun alat elektronik lainnya, di ruangan sekitar 4 X 4 meter itu.
Lebih-lebih, kamar itu terbuat dari gedeg bambu yang telah bertahun-tahun dihuni oleh Ningsih. Hanya terdapat sebuah tempat duduk dari bambu, yang sehari-hari digunakan untuk tidur.
Nining - panggilan akrab gadis ini, selain memiliki gangguan jiwa, dia juga hobi memakan dagingnya sendiri, sejak dirinya baru berusia 8 tahun.. Bahkan, sampai saat ini, sepuluh jarinya telah habis dimakan.
Kebiasaan tersebut sebenarnya sudah tidak lagi dilakukun, setelah keluarganya membungkus tebal-tebal kedua tangannya.
Namun sepekan ini, kebiasaan tersebut kambuh lagi. Bukannya tangan yang dimakan, Nining sudah mulai menggerogoti daging yang melekat di kedua bahunya.
Nining tinggal di rumah itu bersama ayahnya Munasip (40), dan Bunira (60) sang nenek yang setiap hari setia merawatnya. Sedangkan Ernanik, ibu kandungnya, sudah sejak lima tahun silam, merantau ke negeri jiran Malaysia .
“Saya kasihan. Kadang kalau saya marahi untuk tidak makan dagingnya sendiri, dia justru tertawa, itu yang membuat hati saya semakin teriris-iris rasanya,” tutur Bunira dengan mata berkaca-kaca, kemarin. Tidakkah dibawa berobat? Ikuti besok.
Harapkan Bantuan Biaya Pengobatan
Kebiasaan Mega Susi Ningsih (19)memang lain dari kebiasaan orang pada umumnya. Bahkan ketika diberi makan nasi dia akan menolaknya. Namun, demi kesehatan Mega sendiri, dia sering dipaksa untuk memakan nasi.
'Harus disuapi dan dipaksa supaya bisa makan nasi,' ujar Yuli uhar bibi Mega saat ditemui di Desa Gelung, Kecamatan Panarukan, Situbondo, Selasa (21/7).
Untuk memenuhi kebutuhan makan, selain memohon belas kasihan para dermawan, Bunira juga mencarinya dengan berjualan sayuran keliling.
Kondisi Nining anak pasangan Munasib (50) dan Ernanik (40) ini sangat memperihatinkan. Sebagian jarinya hilang dan nampak borok di bagian tangan kanan dan kirinya.
Anehnya, menurut Bunira, Nining tidak pernah merasasakan sakit saat menggerogoti dagingnya sendiri. Beberapa upaya medis sudah dilakukan, bahkan sempat dirawat di rumah sakit. Namun hasilnya tetap saja nihil.
“Justru kalau dibawa ke rumah sakit, dia malah sering melakukan kebiasaanya,” timpal Bunira lagi.
Ironisnya, keluarga ini mengaku sudah tidak mampu lagi membawa Nining untuk berobat, dan terpaksa membiarkannya. Keluarga hanya dengan sangat terpaksa hanya menjaga gadis manis itu, agar tidak memakan dagingnya lagi.
Bunira juga mengaku, kalau keluarga itu juga pernah mendapatkan bantuan pengobatan dari Pemerintah setempat sebesar Rp 3,6 juta.
“Saya sebenarnya mengharap, untuk mendapatkan bantuan setiap bulan, karena kami sudah tidak kuat lagi membiayai hidup Nining. Tapi seandainya tidak dapat bantuan, kami akan terus berusaha agar Nining bias sembuh,” tutur Bunira lagi.
Sementara hasil kiriman uang dari ibunda Ningsih juga habis digunakan untuk kepentingan adik Nining yang bersekolah.
“Kalau adiknya normal-normal saja. Gadis yang seusia dengan dia sudah ada yang berkeluarga, mungkin ini cobaan bagi keluarga dia,” tutur Ahmadi, tetangga Ningsih.
Ahmadi juga menuturkan, kalau selama ini, keberadaan Nining yang doyan dengan daging manusia itu, tidak pernah mengganggu orang lain. Bahkan, katika diajak berkomunikasi, dengan tutur bahasa yang terbata-bata, Ningsih berusaha menjawabnya.
Lega, Akhirnya Pemerintah Turun Tangan
Keluarga Ningsih (19), gadis yang memiliki kebiasaan memakan dagingnya sendiri itu, akhirnya sedikit bernafas lega. Pasalnya, siang kemarin (22/7), gadis yang memiliki nama lengkap Mega Susi Ningsih ini, dirujuk ke RSUD Situbondo.
KEDATANGAN Ningsih di ruang instalasi gawat darurat (IGD), sempat membuat miris beberapa pesien, bahkan, sejumlah perawat terlihat iba ketika melihat kondisi fisik Ningsih.
“Ya allah, kasihan anak ini,” celetuk salah satu perawat, sembari membalut beberapa luka Ningsih dengan perban.
Saat berada di ruang IGD, gelagat Ningsih memang tampak tidak senang dengan ruangan serba putih itu, setelah dinasehati oleh tim dokter yang menanganinya, akhirnya gadis itu mau juga dirawat.
Ningsih dijemput langsung oleh tim medis ke rumahnya di Dusun Gumuk, Desa Gelung, Kecamatan Panarukan. Dengan ditemani Bunira neneknya, serta Munasip ayah kandung Ningsih.
Rencananya, Nining (panggilan akrabnya), akan dirawat di ruang khusus. Tentunya dengan biaya pegobatan gratis, bahkan kebutuhan keluarga yang menemani Ningsih selama menjalani perwatan, juga akan ditanggung pemerintah.
Selama dalam masa perawatan, Ningsih akan dirawat oleh Dokter spesialis syaraf, dan akan didatangkan psikiater. Itu dilakukan, dalam rangka penyembuhan anak tersebut.
“Jika memang nantinya RSUD tidak mampu, kami akan merujuknya ke RSUD di Jember,” terang Imam Wahyudi, Kabid Humas RSUD Situbondo, kepada Harian Bangsa, kemarin (22/7).
Sementara itu, Bunira dan Munasip mengaku sangat senang dengan dirawatnya Ningsih, mereka berdua berharap, agar Ningsih segera sembuh dari penyakitnya. “Kami juga akan terus berdoa, semoga anak itu dapat sembuh,” terang Munasip.
Selama di ruang IGD, walapun dengan bahasa madura yang amburadul, mulut Ningsih tak henti-hentinya mengucapkan “akoa ka mecia mak” (mau bekerja ke malaysia buk). “Mungkin dia ingat dengan ibunya yang menjadi TKW di Malaysia,” timpal Bunira.
Baru Sehari di RS, Keluarga Minta Pulang
Sejak hari Rabu (22/7) Mega Susi Ningsih (19), berbaring di ruang perwatan Paviliun Dahlia RSUD Situbondo, untuk menjalani proses awal penyembuhan penyakit anehnya tersebut. Apa saja yang dialaminya setelah diangkat dari kebiasaan sehari-harinya?
Belum ada perkembangan signifikan dari upaya medis yang dilakukan, namun, keluarga semakin bernafas lega, setelah dijanjikan kalau pihak RSUD akan menanggung semua biaya pengobatan gadis tersebut, hingga sang gadis bisa sembuh total.
Ada rumor, jika nantinya RSUD Situbondo tidak mampu untuk melakukan proses penyembuhan, tidak tangung-tanggung, Ningsih akan dirujuk ke rumah sakit dr Soetomo Surabaya. Biayanya pun akan ditanggung alias gratis.
Namun, keseriusan RSUD untuk bisa menyembuhkan Ningsih nampaknya akan sia-sia, baru satu hari dirawat, keluarga yang menunguinya sudah meminta agar Ningsih dirawat jalan.
Dengan demikian, keinginan keluarga agar untuk bisa menyembuhkan anak Gadis itu memang sangat kurang. Terbukti, Kamis (23/7) gadis itu terpaksa dibawa pulang ke rumahnya, karena keluarga terus merengek.
Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Keluarganya sampai nangis-nangis meminta Ningsih dibawa pulang, kata Humas RSUD Situbondo Imam Hidayat .
Padahal, selain biaya pengobatan, semua biaya makan keluarga yang menungguinya sudah ditanggung pihak rumah sakit, namun upaya tersebut tetap saja sia-sia, karena keluarga beralasan tidak betah tinggal di rumah sakit.
Semakin tragis saja, kisah gadis pasangan Munasip dan Ernanik ini, Kendatipun Ningsih sudah dibawa pulang, pihak rumah sakit berjanji akan melakukan perawatan jalan. Kami akan berkoordinasi dengan dinas kesehatan agar Puskesmas setempat mau menurunkan tenaga medisnya, agar Ningsih bisa berobat jalan, tambah Imam lagi.
Informasi lainya menyebutkan, kalau Ningsih menderita retradasi mental alias kecerdasan kurang, penyakit semacam itu, tambah Imam, bisa disembuhkan dengan cara yang lama.
Salah satu penyembuhannya adalah pengobatan rutin serta meningkatkan perhatian terhadap anak, jika tidak dilakukan, maka penyakit akan semakin memburuk.
Seperti diketahui, selama menderita penyakit ini, Ningsih bisa dibilang kurang mendapatkan perhatian keluarga, maklum, Ernanik ibunya bekerja sebagai TKW ke Malaysia, sementara Munasip berjualan minyak wangi keliling, dan baru malam hari tiba di rumah.
Kalau pengobatan dilakukan, tetapi perhatian terhadap anak itu tidak dilakukan, maka pengobatan akan sia-sia saja, oleh karenanya, terapi untuk kesembuhan Ningsih, ya harus diperhatikan terus-menerus, semacam menggunakan baby sister, pungkas Imam lagi.
TRAGIS memang. Ketika kita berkunjung ke rumahnya, hanya ada tempat tidur dan tempat pakaian, tidak ada alat hiburan semacam televisi maupun alat elektronik lainnya, di ruangan sekitar 4 X 4 meter itu.
Lebih-lebih, kamar itu terbuat dari gedeg bambu yang telah bertahun-tahun dihuni oleh Ningsih. Hanya terdapat sebuah tempat duduk dari bambu, yang sehari-hari digunakan untuk tidur.
Nining - panggilan akrab gadis ini, selain memiliki gangguan jiwa, dia juga hobi memakan dagingnya sendiri, sejak dirinya baru berusia 8 tahun.. Bahkan, sampai saat ini, sepuluh jarinya telah habis dimakan.
Kebiasaan tersebut sebenarnya sudah tidak lagi dilakukun, setelah keluarganya membungkus tebal-tebal kedua tangannya.
Namun sepekan ini, kebiasaan tersebut kambuh lagi. Bukannya tangan yang dimakan, Nining sudah mulai menggerogoti daging yang melekat di kedua bahunya.
Nining tinggal di rumah itu bersama ayahnya Munasip (40), dan Bunira (60) sang nenek yang setiap hari setia merawatnya. Sedangkan Ernanik, ibu kandungnya, sudah sejak lima tahun silam, merantau ke negeri jiran Malaysia .
“Saya kasihan. Kadang kalau saya marahi untuk tidak makan dagingnya sendiri, dia justru tertawa, itu yang membuat hati saya semakin teriris-iris rasanya,” tutur Bunira dengan mata berkaca-kaca, kemarin. Tidakkah dibawa berobat? Ikuti besok.
Harapkan Bantuan Biaya Pengobatan
Kebiasaan Mega Susi Ningsih (19)memang lain dari kebiasaan orang pada umumnya. Bahkan ketika diberi makan nasi dia akan menolaknya. Namun, demi kesehatan Mega sendiri, dia sering dipaksa untuk memakan nasi.
'Harus disuapi dan dipaksa supaya bisa makan nasi,' ujar Yuli uhar bibi Mega saat ditemui di Desa Gelung, Kecamatan Panarukan, Situbondo, Selasa (21/7).
Untuk memenuhi kebutuhan makan, selain memohon belas kasihan para dermawan, Bunira juga mencarinya dengan berjualan sayuran keliling.
Kondisi Nining anak pasangan Munasib (50) dan Ernanik (40) ini sangat memperihatinkan. Sebagian jarinya hilang dan nampak borok di bagian tangan kanan dan kirinya.
Anehnya, menurut Bunira, Nining tidak pernah merasasakan sakit saat menggerogoti dagingnya sendiri. Beberapa upaya medis sudah dilakukan, bahkan sempat dirawat di rumah sakit. Namun hasilnya tetap saja nihil.
“Justru kalau dibawa ke rumah sakit, dia malah sering melakukan kebiasaanya,” timpal Bunira lagi.
Ironisnya, keluarga ini mengaku sudah tidak mampu lagi membawa Nining untuk berobat, dan terpaksa membiarkannya. Keluarga hanya dengan sangat terpaksa hanya menjaga gadis manis itu, agar tidak memakan dagingnya lagi.
Bunira juga mengaku, kalau keluarga itu juga pernah mendapatkan bantuan pengobatan dari Pemerintah setempat sebesar Rp 3,6 juta.
“Saya sebenarnya mengharap, untuk mendapatkan bantuan setiap bulan, karena kami sudah tidak kuat lagi membiayai hidup Nining. Tapi seandainya tidak dapat bantuan, kami akan terus berusaha agar Nining bias sembuh,” tutur Bunira lagi.
Sementara hasil kiriman uang dari ibunda Ningsih juga habis digunakan untuk kepentingan adik Nining yang bersekolah.
“Kalau adiknya normal-normal saja. Gadis yang seusia dengan dia sudah ada yang berkeluarga, mungkin ini cobaan bagi keluarga dia,” tutur Ahmadi, tetangga Ningsih.
Ahmadi juga menuturkan, kalau selama ini, keberadaan Nining yang doyan dengan daging manusia itu, tidak pernah mengganggu orang lain. Bahkan, katika diajak berkomunikasi, dengan tutur bahasa yang terbata-bata, Ningsih berusaha menjawabnya.
Lega, Akhirnya Pemerintah Turun Tangan
Keluarga Ningsih (19), gadis yang memiliki kebiasaan memakan dagingnya sendiri itu, akhirnya sedikit bernafas lega. Pasalnya, siang kemarin (22/7), gadis yang memiliki nama lengkap Mega Susi Ningsih ini, dirujuk ke RSUD Situbondo.
KEDATANGAN Ningsih di ruang instalasi gawat darurat (IGD), sempat membuat miris beberapa pesien, bahkan, sejumlah perawat terlihat iba ketika melihat kondisi fisik Ningsih.
“Ya allah, kasihan anak ini,” celetuk salah satu perawat, sembari membalut beberapa luka Ningsih dengan perban.
Saat berada di ruang IGD, gelagat Ningsih memang tampak tidak senang dengan ruangan serba putih itu, setelah dinasehati oleh tim dokter yang menanganinya, akhirnya gadis itu mau juga dirawat.
Ningsih dijemput langsung oleh tim medis ke rumahnya di Dusun Gumuk, Desa Gelung, Kecamatan Panarukan. Dengan ditemani Bunira neneknya, serta Munasip ayah kandung Ningsih.
Rencananya, Nining (panggilan akrabnya), akan dirawat di ruang khusus. Tentunya dengan biaya pegobatan gratis, bahkan kebutuhan keluarga yang menemani Ningsih selama menjalani perwatan, juga akan ditanggung pemerintah.
Selama dalam masa perawatan, Ningsih akan dirawat oleh Dokter spesialis syaraf, dan akan didatangkan psikiater. Itu dilakukan, dalam rangka penyembuhan anak tersebut.
“Jika memang nantinya RSUD tidak mampu, kami akan merujuknya ke RSUD di Jember,” terang Imam Wahyudi, Kabid Humas RSUD Situbondo, kepada Harian Bangsa, kemarin (22/7).
Sementara itu, Bunira dan Munasip mengaku sangat senang dengan dirawatnya Ningsih, mereka berdua berharap, agar Ningsih segera sembuh dari penyakitnya. “Kami juga akan terus berdoa, semoga anak itu dapat sembuh,” terang Munasip.
Selama di ruang IGD, walapun dengan bahasa madura yang amburadul, mulut Ningsih tak henti-hentinya mengucapkan “akoa ka mecia mak” (mau bekerja ke malaysia buk). “Mungkin dia ingat dengan ibunya yang menjadi TKW di Malaysia,” timpal Bunira.
Baru Sehari di RS, Keluarga Minta Pulang
Sejak hari Rabu (22/7) Mega Susi Ningsih (19), berbaring di ruang perwatan Paviliun Dahlia RSUD Situbondo, untuk menjalani proses awal penyembuhan penyakit anehnya tersebut. Apa saja yang dialaminya setelah diangkat dari kebiasaan sehari-harinya?
Belum ada perkembangan signifikan dari upaya medis yang dilakukan, namun, keluarga semakin bernafas lega, setelah dijanjikan kalau pihak RSUD akan menanggung semua biaya pengobatan gadis tersebut, hingga sang gadis bisa sembuh total.
Ada rumor, jika nantinya RSUD Situbondo tidak mampu untuk melakukan proses penyembuhan, tidak tangung-tanggung, Ningsih akan dirujuk ke rumah sakit dr Soetomo Surabaya. Biayanya pun akan ditanggung alias gratis.
Namun, keseriusan RSUD untuk bisa menyembuhkan Ningsih nampaknya akan sia-sia, baru satu hari dirawat, keluarga yang menunguinya sudah meminta agar Ningsih dirawat jalan.
Dengan demikian, keinginan keluarga agar untuk bisa menyembuhkan anak Gadis itu memang sangat kurang. Terbukti, Kamis (23/7) gadis itu terpaksa dibawa pulang ke rumahnya, karena keluarga terus merengek.
Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Keluarganya sampai nangis-nangis meminta Ningsih dibawa pulang, kata Humas RSUD Situbondo Imam Hidayat .
Padahal, selain biaya pengobatan, semua biaya makan keluarga yang menungguinya sudah ditanggung pihak rumah sakit, namun upaya tersebut tetap saja sia-sia, karena keluarga beralasan tidak betah tinggal di rumah sakit.
Semakin tragis saja, kisah gadis pasangan Munasip dan Ernanik ini, Kendatipun Ningsih sudah dibawa pulang, pihak rumah sakit berjanji akan melakukan perawatan jalan. Kami akan berkoordinasi dengan dinas kesehatan agar Puskesmas setempat mau menurunkan tenaga medisnya, agar Ningsih bisa berobat jalan, tambah Imam lagi.
Informasi lainya menyebutkan, kalau Ningsih menderita retradasi mental alias kecerdasan kurang, penyakit semacam itu, tambah Imam, bisa disembuhkan dengan cara yang lama.
Salah satu penyembuhannya adalah pengobatan rutin serta meningkatkan perhatian terhadap anak, jika tidak dilakukan, maka penyakit akan semakin memburuk.
Seperti diketahui, selama menderita penyakit ini, Ningsih bisa dibilang kurang mendapatkan perhatian keluarga, maklum, Ernanik ibunya bekerja sebagai TKW ke Malaysia, sementara Munasip berjualan minyak wangi keliling, dan baru malam hari tiba di rumah.
Kalau pengobatan dilakukan, tetapi perhatian terhadap anak itu tidak dilakukan, maka pengobatan akan sia-sia saja, oleh karenanya, terapi untuk kesembuhan Ningsih, ya harus diperhatikan terus-menerus, semacam menggunakan baby sister, pungkas Imam lagi.