Salju berwarna merah, kuning dan hijau tak selalu akibat ulah manusia. Namun, fenomena alam bisa saja membuat salju memiliki warna yang brilian. Seperti apa?
Salju berwarna-warni biasa ditemukan di wilayah kutub selama musim semi dan panas. Salju ini bisa memiliki warna akibat lusinan ganggang. Ganggang yang tumbuh di suhu kurang dari 10 derajat celsius ini tertidur di bawah salju selama musim salju.
Selama musim semi, salju meleleh, kemudian ganggang pun terbangun dan mendapat makan dari aliran nutrisi dari pencairan batu, tanah, serangga dan pepohonan. Ganggang ini menggunakannya untuk bahan bakar guna mendorong diri mereka sendiri menggunakan struktur seperti ekor yang disebut flagella ke permukaan salju.
Saat ganggang mencapai puncak gundukan salju, ganggang ini akan kehilangan ekor dan berkumpul bersama-sama menciptakan petak warna. Pada Februari 2007, pengamat melaporkan salju kuning jatuh di kawasan Siberia barat dan berminyak saat disentuh.
Menurut para ahli, salju berwarna kuning yang jatuh di Siberia ini bukan dikarenakan ganggang melainkan fenomena alam lain. Nina Sakhanovskayda dari laboratorium kimia Tomsk melaporkan, salju ini diwarnai oleh debu dari Asia Tengah.
Debu itu dapat dibawa di ketinggian 10-20 kilometer di atas langit. Salju kuning mencakup area di mana sekitar 28 ribu orang tinggal dan sebenarnya tidak berbahaya.
Salju berwarna akibat ganggang merupakan fenomena yang lebih umum. Ganggang bersel tunggal dapat mengubah curah hujan yang biasanya putih menjadi merah, kuning, biru dan hijau. Chlamydomonas, ganggang hijau, merupakan spesies yang paling umum ditemukan pada salju surealis.
Ganggang ini mengandung klorofil, pigmen hijau yang membantu tanaman mendapatkan energi dari cahaya, tetapi juga menghasilkan kristal es berwarna hijau. Chlamydomonas nivalis memiliki pigmen merah muda yang mengalahkan klorofil dan menyebabkan salju berwarna pink.
Menurut profesor biologi di Universitas Colgate Ron Hoham, ganggang berwarna oranye dan merah juga mengandung klorofil namun zat warna mereka berasal dari pigmen yang digunakan untuk melindungi diri mereka sendiri dari sinar ultra violet.
Warna ini kemudian menjadi makin intensif ketika menyatu dengan salju dan akhirnya meninggalkan jejak warna ketika manusia atau hewan berjalan di atas salju yang terdapat ganggang ini.
Salju berwarna bisa ditemukan di Greenland, Antartika, Alaska, Jepang, Eropa dan China serta pantai Amerika Utara dan Himalaya. Selama berabad-abad salju berwarna terus menjadi misteri bagi banyak orang.
Bahkan, Aristoteles menggambarkan fenomena ini dalam tulisan-tulisannya. "...binatang hidup ditemukan dalam zat yang biasanya seharusnya mampu membusuk, misalnya cacing yang ditemukan dalam salju yang telah tertimbun lama dan cacing ini membuat salju menjadi berwarna kemerahan. Cacing ini juga berbulu". (Sejarah Hewan, Aristoteles).
Pendaki gunung Alpin, fisikawan dan penggemar botani Horace-Benedict de Saussure pertama kali melihat salju ini dan berspekulasi bahwa efek warna pada salju ini berasal dari botani yang ada pada abad ke-18.
Ahli ganggang Robert Chodat merupakan orang pertama yang meneliti salju berwarna ini menggunakan mikroskop pada akhir abad 19. Sementara misteri salju berwarna ini terus membingungkan peneliti selama berabad-abad, ganggang diketahui seringkali mewarnai salju dengan oranye terang atau hijau lumut.
Ganggang juga bisa hidup di tempat yang berlawanan, seperti di sumber air panas atau di atas gunung. Hal ini membuat pigmen alami ganggang bervariasi.